Pages

Jumat, 29 Juni 2012

Apa yang Harus saya lakukan untuk menikah dengan pria kaya


    Seorang gadis muda dan cantik, mengirimkan surat ke sebuah majalah terkenal, dengan judul: "Apa yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?"

    Isi suratnya sebagai berikut:
    Saya akan jujur, tentang apa yang akan coba saya katakan di sini.
    Tahun ini saya berumur 25 tahun. Saya sangat cantik, mempunyai selera yang bagus akan fashion. Saya ingin menikahi seorang pria dengan penghasilan minimal $500ribu/tahun.
    Anda mungkin berpikir saya matre, tapi penghasilan $1juta/tahun hanya dianggap sebagai kelas menengah di New York. Persyaratan saya tidak tinggi.
    Apakah ada di forum ini yang mempunyai penghasilan $500ribu/tahun? Apakah kalian semua sudah menikah?
    Yang saya ingin tanyakan: Apa yang harus saya lakukan untuk menikahi orang kaya seperti anda?
    Yang terkaya pernah berkencan dengan saya hanya berpenghasilan $250rb/tahun. Bila seseorang ingin pindah ke area pemukiman elit di City Garden New York, penghasilan $250rb/tahun tidaklah cukup.
    Dengan kerendahan hati, saya ingin menanyakan:
    Dimana para lajang2 kaya hang out?
    Kisaran umur berapa yang harus saya cari?
    Kenapa kebanyakan istri dari orang-orang kaya hanya berpenampilan standar?
    Saya pernah bertemu dengan beberapa wanita yang memiliki penampilan tidak menarik, tapi kok mereka bisa menikahi pria kaya?
    Bagaimana anda memutuskan, siapa yang bisa menjadi istrimu, dan siapa yang hanya bisa menjadi pacar?

    ttd,
    Si Cantik

    ---------------------

    Dan inilah balasan dari seorang pria yang bekerja di bidang finansial di Wall Street:
    Saya telah membaca suratmu dengan semangat. Saya rasa banyak gadis2 di luar sana yang mempunyai pertanyaan yang sama. Ijinkan saya untuk menganalisa situasimu sebagai seorang profesional.
    Pendapatan tahunan saya lebih dari $500rb, sesuai syaratmu, jadi saya harap semuanya tidak berpikir saya main2 di sini.
    Dari sisi seorang bisnis, merupakan keputusan salah untuk menikahimu.
    Jawabannya mudah saja, saya coba jelaskan, coba tempatkan "kecantikan" dan "uang" bersisian, dimana anda mencoba menukar kecantikan dengan uang:
    Pihak A menyediakan kecantikan, dan pihak B membayar untuk itu, hal yg masuk akal.
    Tapi ada masalah disini, kecantikan anda akan menghilang, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa ada alasan yang bagus.
    Faktanya, pendapatan saya mungkin sekali akan meningkat dari tahun ke tahun, tapi anda tidak akan bertambah cantik tahun demi tahun. Karena itu, dari sudut pandang ekonomi, saya adalah aset yang akan meningkat terus, dan anda adalah aset yang akan
    menyusut. Dan bukan hanya penyusutan normal, tapi penyusutan eksponensial.
    Jika hanya (kecantikan) itu aset anda, nilai anda akan sangat mengkhawatirkan 10 tahun mendatang.
    Dari aturan yg kita gunakan di Wall Street, setiap pertukaran memiliki posisi, kencan dengan anda juga merupakan posisi tukar. Jika nilai tukar turun, kita akan menjualnya dan adalah ide buruk untuk menyimpannya dalam jangka lama, seperti pernikahan yang anda inginkan.
    Mungkin terdengar kasar, tapi untuk membuat keputusan bijaksana, setiap aset dengan nilai depresiasi besar akan di jual atau "disewa" saja.
    siapa saja dengan penghasilan tahunan $500rb, bukan orang bodoh, kami hanya berkencan dengan anda, tapi tidak akan menikahi anda.
    Saya akan menyarankan agar anda lupakan saja untuk mencari cara menikahi orang kaya. Lebih baik anda menjadikan diri anda orang kaya dengan pendapatan $500rb/tahun. Ini kesempatan lebih bagus daripada mencari orang kaya bodoh. Mudah2an balasan ini dapat membantu.

    ps. Jika anda tertarik untuk jasa "sewa/pinjam," hubungi saya.
    ttd,
    J.P. Morgan

Rabu, 27 Juni 2012

pohon, daun, dan angin


    DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal ?
    POHON
    Orang2 memanggilku "POHON" karena aku sangat baik dalam menggambar pohon.
    AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku.
    AKU telah berpacaran sebanyak 5 kali...
    Ada satu wanita yang sangat AKU cintai..tapi AKU tidak punya keberanian untuk mengatakannya. ..
    Dia tidak cantik..tidak memiliki tubuh yang sexy..
    Dia sangat peduli dengan orang lain..religius tapi..dia hanya wanita biasa saja.
    AKU menyukainya. .sangat menyukainya. .
    Gayanya yang innocent dan apa adanya..kemandirian nya..kepandaiann ya dan kekuatannya. ..
    Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena...
    AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku...
    AKU takut...jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang...
    AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya. ..
    AKU merasa dia adalah "sahabatku". ..
    AKU akan memilikinya tiada batasnya...tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia...
    Alasan yang terakhir..membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini...
    Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah membuatnya menangis selama 3 tahun...
    Ketika AKU mencium pacarku yang ke-2 terlihat olehnya...
    Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah..."lanjutkan saja" katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami.
    Esoknya, matanya bengkak..dan merah...
    AKU sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis...
    but AKU tertawa...bercanda dengannya seharian di ruang itu...
    Di sudut ruang itu dia menangis...dia tidak tau bahwa AKU kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal.. .
    Hampir 1 jam kulihat dia menangis disana....
    Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. ..
    Pernah sekali mereka berdua perang dingin, AKU tau bukan sifatnya untuk memulai perang dingin...
    Tapi AKU masih tetap bersama pacarku...
    AKU berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget...
    AKU tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku...
    Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.. .
    AKU tau dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tau bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia...
    AKU juga sedih...
    Ketika AKU putus dengan pacarku yang ke 5, AKU mengajaknya pergi...
    Setelah kencan satu hari itu, AKU mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya...
    Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku...
    AKU cerita tentang putusnya AKU dengan pacarku...
    Dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang...
    AKU tau pria itu...dia sering mengejarnya selama ini...Pria yang baik, penuh energi dan menarik...
    AKU tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku, AKU hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya...
    Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan AKU tidak dapat menahannya.. .
    Seperti ada batu yang sangat berat didadaku...AKU tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun apadaya...
    Air mataku mengalir tak terasa aku menangis karenanya...
    Sudah sering AKU melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya. ..
    Handphoneku bergetar...ternyata ada SMS masuk...SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis...
    SMS itu berbunyi,"DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
    DAUN
    AKU suka mengoleksi daun-daun, kenapa?
    Karena AKU merasa bahwa DAUN untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali membutuhkan banyak kekuatan.
    Selama 3 thn AKU dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi "Sahabat".
    Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya...
    AKU mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU...
    Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon.
    Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan...
    Ketika mereka putus, AKU menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya.
    Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi...
    AKU menyukainya dan AKU tau bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya?
    Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?
    Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih...
    Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sedih dan kecewa...
    AKU mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan...
    Tapi..mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekedar seorang teman?
    Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati...AKU tau kesukaannya.
    ..kebiasaannya. ..
    Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui...
    Kau tidak mengharapkan AKU seorang wanita untuk mengatakannya bukan ?
    Diluar itu, AKU mau tetap disampingnya. ..memberinya perhatian...
    menemani. ..dan mencintainya. ..
    Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku. ..
    Hal itu seperti menunggu telephonenya tiap malam...mengharapka n mengirimku SMS...
    AKU tau sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktunya untuk ku...
    Karena itu, AKU menunggunya. ..
    3 tahun cukup berat untuk kulalui dan AKU mau menyerah...Kadang AKU berpikir untuk tetap menunggu...
    Dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini...
    Akhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku.. .setiap hari dia mengejarku tanpa lelah...
    Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku...
    AKU berpikir...apakah aku ingin memberikan ruang kecil di hatiku untuknya ?!..
    Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon...
    Akhirnya, AKU sadar bahwa AKU tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku...
    AKU tau Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik...
    Akhirnya AKU meninggalkan Pohon...tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal...
    AKU sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku...
    "DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"
    ANGIN
    AKU menyukai seorang gadis bernama Daun...
    karena dia sangat bergantung pada Pohon..jadi aku harus menjadi ANGIN yang kuat...
    Angin akan meniup Daun terbang jauh...
    Pertama kalinya..AKU melihat seseorang memperhatikan kami...
    Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman2nya memerhatikan Pohon...
    Ketika Pohon berbicara dengan gadis2, ada cemburu di matanya...
    Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya...
    Memperhatikannya menjadi kebiasaanku. ..seperti daun yang suka melihat Pohon.
    Satu hari saja tak kulihat dia...AKU merasa sangat kehilangan.. .
    Di sudut ruang itu, ku lihat pohon sedang memperhatikan daun...
    Air mengalir di mata daun ketika Pohon pergi...
    Esoknya...Ku lihat Daun di tempatnya yang biasa, sedang memperhatikan Pohon...
    AKU melangkah dan tersenyum padanya...Kuambil secarik kertas..kutulis dan kuberikan padanya...
    Dia sangat kaget...
    Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku...
    Esoknya...dia datang...menghampir iku dan memberikan kembali kertas itu...
    Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.
    AKU melihat kearahnya... kuhampiri dengan kata2 itu...
    Sangat pelan...dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku dan telp ku...
    AKU tau orang yang dia cintai bukan AKU...tapi AKU akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku.. .
    Selama 4 bln, AKU tlah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20x kepadanya...
    Hampir tiap kali dia mengalihkan pembicaraan. ..tapi AKU tidak menyerah...
    Keputusanku bulat....AKU ingin memilikinya. ..dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku....
    Aku bertanya," apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?
    Mengapa kau selalu membisu?"
    Dia berkata, "AKU menengadahkan kepalaku"...
    "Ah?" Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar...
    "Aku menengadahkan kepalaku" dia berteriak...
    Kuletakkan telephone... ...melompat. ...berlari seribu langkah...ke rumahnya...
    Dia membuka pintu bagiku...Ku peluk erat-erat tubuhnya...
    "DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?"

Aku Ingin Mama


    Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki yang luar biasa, sebut saja namanya Zhang Da. Perhatiannya yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da, anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai semua itu, pantas disebut anak yang luar biasa. Saking jarangnya seorang anak yang berbuat demikian, sehingga ketika Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka, merekapun memutuskan untuk menganugerahi penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya. Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 milyar penduduk China . Tepatnya 27 Januari 2006 Pemerintah China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional keseluruh pelosok negeri, memberikan penghargaan kepada 10 (sepuluh) orang yang luar biasa, salah satunya adalah Zhang Da. Mengikuti kisahnya di televisi, membuat saya ingin menuliskan cerita ini untuk melihat semangatnya yang luar biasa. Bagi saya Zhang Da sangat istimewa dan luar biasa karena ia termasuk 10 orang yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar manusia. Atau lebih tepatnya ia adalah yang terbaik diantara 140 juta manusia. Tetapi jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai sekarang (ia berumur 15 tahun), dan satu-satunya anak diantara 10 orang yang luar biasa tersebut maka saya bisa katakan bahwa Zhang Da yang paling luar biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.
    Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat
    Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit.
    Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.
    Zhang Da menyuntik sendiri papanya.
    Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.
    Aku Mau Mama Kembali.
    Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara bertanya kepadanya, “Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu, berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah, besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!” Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, “Sebut saja, mereka bisa membantumu” Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, “Aku Mau Mama Kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu Papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama Kembalilah!” demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras dan penuh harap. Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu, saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya, mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit, mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apa yang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku Mau Mama Kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya.
    Tidak semua orang bisa sekuat dan sehebat Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup ini. Tapi setiap kita pastinya telah dikaruniai kemampuan dan kekuatan yang istimewa untuk menjalani ujian di dunia. Sehebat apapun ujian yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya…ditiap-tiap kesulitan ada kemudahan dan Allah tidak akan menimpakan kesulitan diluar kemampuan umat-Nya. Jadi janganlah menyerah dengan keadaan, jika sekarang sedang kurang beruntung, sedang mengalami kekalahan…. bangkitlah!!! karena sesungguhnya kemenangan akan diberikan kepada siapa saja yang telah berusaha sekuat kemampuannya.

Mawar dari Surga


    14 Februari 2006
    Dua minggu yang lalu pesawat yang ditumpangi Arga telah dinyatakan hilang, hingga hari ini pesawat yang ditumpangi Arga belum ditemukan. Arga adalah suamiku, kami menikah sekitar tiga bulan yang lalu. Saya mulai pasrah menerima keadaan ini. Beberapa kerabat sering datang ke rumah untuk memberi dukungan doa dan penguatan.
    Kupandangi seikat bunga layu di dekat foto Arga. Bunga layu itu adalah hadiah valentine dari Arga untukku setahun yang lalu. Sekalipun Arga bukan sosok yang romantis, ia sering memberi kejutan-kejutan kecil kepadaku. Memberi bunga padaku saat Valentine adalah salah satu hal wajib bagi dia.
    Hari ini sebenarnya adalah Valentine pertama bagi pernikahan kami. tapi Arga malah ‘pergi’ meninggalkan aku.
    ...
    “Permisi..” kudengar suara orang mengetuk pintu. Segera aku menuju pintu dan membukanya.
    “Apakah ini rumah Ibu Arga ?” tanya orang itu.
    “Ya saya sendiri.” Jawabku
    “Ini bu.. cuma mau mengantar kiriman bunga dari Bapak Arga.” Katanya sambil menyodorkan seikat Bunga Mawar yang sangat indah. Aku baca tulisan di kertas kecil, terdapat tulisan “Semoga aku mencintaimu lebih lagi di tahun ini.. (Arga)”
    Aku menerimanya sambil melongo…
    “Tapi.. tapi.. Bapak Arga telah hilang ..dan mungkin telah tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat beberapa waktu lalu.. ” Kataku pada pengantar bunga itu setengah tidak percaya.
    “Lho kok bisa ?” kata pengantar bunga itu. Kemudian dia mengambil HP dari saku dan menelepon atasannya. Mungkin dia ingin memastikan bahwa itu bukan bunga salah alamat atau kiriman orang iseng.
    Agak lama dia menelepon. Aku juga tidak begitu jelas mendengar percakapannya dengan atasannya.
    “Begini bu, ini memang benar-benar bunga dari Bapak Arga.” Pengantar bunga itu akhirnya berkata, “Bapak Arga sendiri yang memesan bunga ini sekitar tiga bulan yang lalu, dan dia ingin agar bunga-bunga ini di antar pada tanggal 14 Februari”
    Dia melanjutkan, “Bapak Arga telah memesan sepuluh ikat bunga kepada kami, dia ingin kami mengantarkannya kepada anda setiap tahun pada tanggal 14 Februari, hingga 10 tahun ke depan. Bapak Arga juga telah menulis 10 kartu ucapan dengan kalimat-kalimat yang berbeda untuk diselipkan dalam setiap ikatan bunga pesanannya.”
    Tiga bulan yang lalu.. setahuku itu adalah bulan saat kami menikah.
    ...
    14 Februari 2007
    Hari ini bunga mawar itu dikirim lagi oleh pengantar bunga itu. Aku tersenyum saat pengantar bunga itu menyodorkan bunga itu kepadaku.
    Setelah meletakkannya di dekat foto mendiang suamiku, aku potong salah satu bunga itu, dan memegangkannya ke tangan mungil anak pertamaku. Bayi kecil lucu itu, yang mewarnai hari-hari indahku akhir-akhir ini.
    “Ini nak.. ada bunga dari Bapak..” kataku lirih.
    Aku sengaja memberinya nama “Arga Samudra” – sama persis dengan nama bapaknya, agar kelak dia punya kekuatan untuk mencintai, setulus bapaknya.

Pertanyaan Terakhir


    Namaku Riri, aku saat ini sedang kuliah semester akhir di sebuah universitas negeri. Aku kuliah disebuah jurusan yang cukup favorit, yaitu jurusan Kedokteran. Sebuah jurusan – yang aku yakini – dapat membuat hidupku lebih baik di masa mendatang.
    Hari ini adalah hari ujian semesteranku. Mata kuliah ini diampu oleh dosen yang cukup unik, dia ingin memberikan pertanyaan-pertanyaan ujian secara lisan. “Agar aku bisa dekat dengan mahasiswa.” katanya beberapa waktu lalu.
    Satu per satu pertanyaan pun dia lontarkan, kami para mahasiswa berusaha menjawab pertanyaan itu semampu mungkin dalam kertas ujian kami. Ketakutanku terjawab hari ini, 9 pertanyaan yang dilontarkannya lumayan mudah untuk dijawab. Jawaban demi jawaban pun dengan lancar aku tulis di lembar jawabku.
    Tinggal pertanyaan ke-10.
    “Ini pertanyaan terakhir.” kata dosen itu.
    “Coba tuliskan nama ibu tua yang setia membersihkan ruangan ini, bahkan seluruh ruangan di gedung Jurusan ini !” katanya.
    Seluruh ruangan pun tersenyum. Mungkin mereka menyangka ini hanya gurauan, jelas pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan mata kuliah yang sedang diujikan kali ini.
    “Ini serius !” lanjut Pak Dosen yang sudah agak tua itu dengan tegas. “Kalau tidak tahu mending dikosongkan aja, jangan suka mengarang nama orang !”
    Aku tahu ibu tua itu, dia mungkin juga satu-satunya cleaning service di gedung jurusan kedokteran ini. Aku tahu dia, orangnya agak pendek, rambut putih yang selalu digelung, dan ia selalu ramah serta amat sopan dengan mahasiswa-mahasiswa di sini. Ia selalu menundukkan kepalanya saat melewati kerumunan mahasiswa yang sedang nongkrong.
    Tapi satu hal yang membuatku konyol.. aku tidak tahu namanya ! dan dengan terpaksa aku memberi jawaban ‘kosong’ pada pertanyaan ke-10 ini.
    Ujian pun berakhir, satu per satu lembar jawaban pun dikumpulkan ke tangan dosen itu. Sambil menyodorkan kertas jawaban, aku memberanikan bertanya kepadanya kenapa ia memberi ‘pertanyaan aneh’ itu, serta seberapa pentingkah pertanyaan itu dalam ujian kali ini.
    “Justru ini adalah pertanyaan terpenting dalam ujian kali ini” katanya. Beberapa mahasiswa pun ikut memperhatikan ketika dosen itu berbicara.
    “Pertanyaan ini memiliki bobot tertinggi dari pada 9 pertanyaan yang lainnya, jika anda tidak mampu menjawabnya, sudah pasti nilai anda hanya C atau D !”
    Semua berdecak, aku bertanya kepadanya lagi, “Kenapa Pak ?”
    Kata dosen itu sambil tersenyum, “Hanya yang peduli pada orang-orang sekitarnya saja yang pantas jadi dokter.” Ia lalu pergi membawa tumpukan kertas-kertas jawaban ujian itu.

bunga untuk ibu


    Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini.
    Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantik. Ternyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air mata nya hendak meleleh, seperti akan menangis.
    Pria itu bertanya “Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”
    “Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya,” gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”
    “Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” Cerita pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.
    “Uang saya tidak cukup.”
    “Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.
    Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.
    Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.
    Setelah memarkir mobil, pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.
    Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.
    Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya.. pulang ke kampungnya.. untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini.. untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya.

Shi-Shang-Zhi-You-Mama “世上只有妈妈好” (WAJIB DI BACA)


Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tsb. Sebagai orang yang terpandang di kota tsb, latar belakang wanita tsb akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tsb bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orang tuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tsb, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang ortu mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tsb untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya.

Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang2 tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan2.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tsb meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tsb dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tsb. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit.

Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tsb untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. "Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua", kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan2 akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah. Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut.

Sang wanita yang malang tsb tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

---------=========000000000=========---------

Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki2. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat. Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya.

Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba2 sakit keras.

Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tsb harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tsb akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tsb terdiri dari obat2 herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat2 herbal tsb, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tsb telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian.

Diantara tangisannya, ia tiba2 mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain.

Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang teramat sangat...

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu.

---------=========000000000=========---------

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama2 menyanyikan lagu "Shi Shang Zhi You Mama Hao" (terjemahannya, "Di Dunia ini, Ibulah yang terbaik").

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari2 mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas.

Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tsb, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tsb, karena ia akan membelinya bulan depan. "Apakah kamu punya uang?" tanya sang pemilik toko.. "Tidak sekarang, nanti saya akan punya", kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar2 muncul untuk membeli jam tangan tsb. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main2. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya "Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?".

"Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. Oh ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah" kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tsb.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tsb. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba2 tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tsb. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

"Apakah kamu mencuri, Nak?" Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berkali2 tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. "Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?" kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya.

Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tsb heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya.

"Ia sebenarnya anak yang baik", kata salah satu tetangganya. Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya.

Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba2 sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

"Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya". Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba2 muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tsb, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tsb, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu?."Maafkan saya, Nak."

"Tidak Bu, saya yang bersalah"

---------=========000000000=========---------

Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang ortu sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak.

Ketika sang ibu dan anaknya berjalan2 ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri.

Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.

Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

---------=========000000000=========---------

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya.

Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu2nya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain2 di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu "Shi Shang Zhi You Mama Hao", lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak.

Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu. "Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak" kata ibu.

"Tidak apa2 Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama2 dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu", kata sang anak.

Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta2 ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. "Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu", teriak sang anak dengan nada yang polos.

Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata "Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu." "Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi", sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tsb tidak didengarkan anak kecil tsb. Sang anak menangis tersedu2 "Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu". Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan "Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini", ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tsb. Tampak anaknya meronta2 dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik.

Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu2nya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga.

---------=========000000000=========---------

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan.

Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya.

Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tsb, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tsb, menangis "Ibu benar2 tidak menginginkan saya lagi."

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar.

Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba2 ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tsb. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan2 imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tsb, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba2 ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tsb. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih.

Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tsb untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling2 jatuh ke bawah...

---------=========000000000=========---------

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana2, tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tsb terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit.

Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu. Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah

"Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?"

Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu "Shi Shang Zhi You Mama Hao" dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tsb saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru "Ibu? Ini saya ibu".

Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba2 muka sang anak, lalu bertanya, "Apakah kamu ??..(nama anak itu)?"

"Benar bu, saya adalah anak ibu?".

Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi...

Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

sesuatu yang paling kau sayangi


    Dalam sebuah rumah mewah, hiduplah sepasang suami istri. Mereka sangat harmonis dan sudah meraih kehidupan yg mapan.
    Namun setelah 10 thn menikah mereka belum juga dikarunia seorang anakpun. Mereka benar2 saling mencintai, tetapi karena desakan berbagai pihak akhirnya si suami berkeinginan menceraikan istrinya karena dianggap tidak mampu memberinya seorang anak sbg pewaris. Setelah berdebat lama & cukup sengit, si istri yg terluka hatinya akhirnya menyerah.
    Melalui percakapan berkali-kali dgn berat hati orang tua mrk menyetujui dengan syarat, sebelum bercerai mrk harus mengadakan pesta perpisahan layaknya pesta pernikahan mereka dulu.
    Maka pesta megah diselenggarakan, pesta yg tidak membahagiakan siapapun. Si Suami tampak tertekan & meneguk anggur sampai mabuk berat, sementara si istri sesekali menghapus air matanya.
    Disaat tak terduga si suami yg mabok dgn lantang berkata, "Istriku, saat kau pergi nanti, semua barang berharga atau apa pun yg kau sukai dan kau sayangi, boleh kau bawa & menjadi milikmu!" Setelah berkata demikian ia kembali meneguk anggur sampai tak sadarkan diri.
    Keesokan harinya dgn kepala berat si suami terbangun & sadar bhw ia tdk tdr di kmrnya. Ia tdk mengenali kamar itu selain sosok yg sdh dikenalnya ber-tahun2, disampingnya, yaitu istrinya. "Ada di manakah kita? Apakah aku masih mabuk & bermimpi?"
    Dgn penuh cinta si istri menjwb, "Kita di rmh org tuaku. Td malam, didepan para tamu kamu mengatakan bhw aku boleh membawa apa saja yg kusayangi. Di dunia ini tidak ada brg yg lbh berharga & kusayangi dgn sepenuh hati selain kamu. Karena itu kamu kubawa ke rumah org tuaku"
    Si suami termenungdan segera menyadari betapa besar rasa sayang istrinya itu , lalu ia memeluk istrinya, "Maafkan aku sayang, karena aku bodoh & tidak menyadari dalamnya cintamu pdku. Walau aku telah menyakitimu & ingin menceraikanmu, tetapi kau malah membawaku bersamamu ".

Meja & Mangkuk Kayu


      Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih.
      Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak.
      Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan.
      Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek. Sering, saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput si kakek. Namun, kata yang keluar dari suami-istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
      Anak mereka yang berusia 6 tahun memandangi semua dalam diam. Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ditanyalah anak itu. "Kamu sedang membuat apa?". Anaknya menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu untuk makan saatku besar nanti. Nanti, akan kuletakkan di sudut itu, dekat tempat kakek biasa makan."
      Anak itu tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya. Jawaban itu membuat kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tak mampu berkata-kata lagi. Lalu, airmatapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tak ada kata-kata yang terucap, kedua orangtua ini mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.
      Malam itu, mereka menuntun tangan si kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Teman Sejati


    Suatu pagi yang sunyi di Korea, di suatu desa kecil, ada sebuah bangunan kayu mungil yang atapnya ditutupi oleh seng-seng. Itu adalah rumah yatim piatu di mana banyak anak tinggal akibat orang tua mereka meninggal dalam perang.
    Tiba-tiba, kesunyian pagi itu dipecahkan oleh bunyi mortir yang jatuh di atas rumah yatim piatu itu. Atapnya hancur oleh ledakan, dan kepingan-kepingan seng mental ke seluruh ruangan sehingga membuat banyak anak yatim piatu terluka.
    Ada seorang gadis kecil yang terluka di bagian kaki oleh kepingan seng tersebut, dan kakinya hampir putus. Ia terbaring di atas puing-puing ketika ditemukan, P3K segera dilakukan dan seseorang dikirim dengan segera ke rumah sakit terdekat untuk meminta pertolongan.
    Ketika para dokter dan perawat tiba, mereka mulai memeriksa anak-anak yang terluka. Ketika dokter melihat gadis kecil itu, ia menyadari bahwa pertolongan yang paling dibutuhkan oleh gadis itu secepatnya adalah darah. Ia segera melihat arsip yatim piatu untuk mengetahui apakah ada orang yang memiliki golongan darah yang sama. Perawat yang bisa berbicara bahasa Korea mulai memanggil nama-nama anak yang memiliki golongan darah yang sama dengan gadis kecil itu.
    Kemudian beberapa menit kemudian, setelah terkumpul anak-anak yang memiliki golongan darah yang sama, dokter berbicara kepada grup itu dan perawat menerjemahkan, "Apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk gadis kecil ini?" Anak-anak tersebut tampak ketakutan, tetapi tidak ada yang berbicara. Sekali lagi dokter itu memohon, "Tolong, apakah ada di antara kalian yang bersedia memberikan darahnya utk teman kalian, karena jika tidak, ia akan meninggal!"
    Akhirnya, ada seorang bocah laki-laki di belakang mengangkat tangannya dan perawat membaringkannya di ranjang untuk mempersiapkan proses transfusi darah.
    Ketika perawat mengangkat lengan bocah untuk membersihkannya, bocah itu mulai gelisah. "Tenang saja," kata perawat itu, "Tidak akan sakit kok." Lalu dokter mulai memasukan jarum, ia mulai menangis. "Apakah sakit?" tanya dokter itu. Tetapi bocah itu malah menangis lebih kencang. "Aku telah menyakiti bocah ini!" kata dokter itu dalam hati dan mencoba untuk meringankan sakit bocah itu dengan menenangkannya, tetapi tidak ada gunanya.
    Setelah beberapa lama, proses transfusi telah selesai dan dokter itu minta perawat untuk bertanya kepada bocah itu. "Apakah sakit?"
    Bocah itu menjawab, "Tidak, tidak sakit."
    "Lalu kenapa kamu menangis?", tanya dokter itu.
    "Karena aku sangat takut untuk meninggal" jawab bocah itu.
    Dokter itu tercengang! "Kenapa kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal?"
    Dengan air mata di pipinya, bocah itu menjawab, "Karena aku kira untuk menyelamatkan gadis itu aku harus menyerahkan seluruh darahku!"
    Dokter itu tidak bisa berkata apa-apa, kemudian ia bertanya, "Tetapi jika kamu berpikir bahwa kamu akan meninggal, kenapa kamu bersedia untuk memberikan darahmu?"
    Sambil menangis ia berkata, "Karena ia adalah temanku, dan aku mengasihinya!"

Selasa, 26 Juni 2012

Jembatan


    Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Entah karena apa mereka jatuh ke dalam suatu pertengkaran serius. Dan ini adalah pertama kalinya mereka bertengkar sedemikian hebat. Padahal selama 40 tahun mereka hidup rukun berdampingan, saling meminjamkan peralatan pertanian, dan bahu membahu dalam usaha perdagangan tanpa mengalami hambatan. Namun kerjasama yang akrab itu kini retak.
    Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele saja. Kemudian berubah menjadi perbedaan pendapat yang besar. Dan akhirnya meledak dalam bentuk caci-maki. Beberapa minggu sudah berlalu, mereka saling berdiam diri tak bertegur-sapa.
    Suatu pagi, seseorang mengetuk rumah sang kakak. Di depan pintu berdiri seorang pria membawa kotak perkakas tukang kayu. "Maaf tuan, sebenarnya saya sedang mencari pekerjaan," kata pria itu dengan ramah. "Barangkali tuan berkenan memberikan beberapa pekerjaan untuk saya selesaikan." "Oh ya!" jawab sang kakak. "Saya punya sebuah pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang pertanian di seberang sungai sana. Itu adalah rumah tetanggaku, ...ah sebetulnya ia adalah adikku.
    Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Hmm, barangkali ia melakukan itu untuk mengejekku, tapi aku akan membalasnya lebih setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya." Kata tukang kayu, "Saya mengerti. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan merasa senang." Kemudian sang kakak pergi ke kota untuk berbelanja berbagai kebutuhan dan menyiapkannya untuk si tukang kayu.
    Setelah itu ia meninggalkan tukang kayu bekerja sendirian. Sepanjang hari tukang kayu bekerja keras, mengukur, menggergaji dan memaku. Di sore hari, ketika sang kakak petani itu kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
    Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Namun, yang ada adalah jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dengan ladang pertanian adiknya. Jembatan itu begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.
    Dari seberang sana, terlihat sang adik bergegas berjalan menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. "Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku." kata sang adik pada kakaknya. Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan.
    Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap-siap untuk pergi. "Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari lagi. Kami mempunyai banyak pekerjaan untukmu," pinta sang kakak.
    "Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini," kata tukang kayu, "tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan."

Lahir untuk Kedua kalinya


    Seorang Yahudi yang lolos dari hukuman tentara Nazi berkisah tentang hidupnya:
    Tak ada kata yang bisa mengungkapkan secara penuh pengorbanan yang diberikan ibuku kepadaku anaknya yang bungsu. Masih sangat jelas peristiwa saat itu di benakku. Ketika itu aku berumur 19 tahun. Saya beserta begitu banyak orang Yahudi lainnya sedang digiring dan dibawa ke kamp konsentrasi. Kami tahu dengan amat pasti bahwa hari-hari hidup kami kini telah mencapai ujungnya. Kami dibawa untuk menemui ajal kami entah di mana.
    Beberapa grup orang Yahudi yang lain telah kami lewati. Kami juga tahu bahwa kelompok yang baru kami lewati ini akan tetap menetap dalam ghetto, mereka tak akan menemui nasib sebagaimana akan segera kami terima.
    Ketika aku melewati tempat di mana ibuku sedang berdiri, saat di mana kami tidak diperhatikan oleh tentara Nazi, ibuku memberikan kartu namanya kepadaku, mendorong aku ke samping lalu menempati barisanku.
    Walaupun hal ini terjadi lebih dari 50 tahun yang silam, namun aku tak akan lupa setiap kata yang pernah ia ucapkan saat itu: "Anakku, aku telah hidup cukup lama. Engkau harus bertahan hidup, karena engkau masih terlampau muda."
    Demikian bisik ibuku. Dan sejak saat itu aku tak pernah melihatnya lagi. Hampir semua anak dilahirkan cuman sekali. Tapi aku dilahirkan dua kali oleh ibu yang sama.

1001 Burung Kertas Untuk Juli


    Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya. Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.
    Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.
    Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua ! “
    Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah July. Ia berkata kepada Reo : “ Reo, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan July menangis seorang diri.
    Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal Reo, ia adalah bintang kesuksesan.
    Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.
    Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua July.
    Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.
    Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Reo................................
    July “ Setelah membaca surat itu, menangislah Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
    Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan untuk orang yang sangat berarti bagi kita.

Setengah Jam Saja


    Seperti biasa Michael, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Elvin, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
    “Kok, belum tidur?” sapa Michael sambil mencium anaknya.
    Biasanya, Elvin memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
    Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Elvin menjawab, “Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”
    “Lho, tumben, kok nanya gaji Papa? Mau minta uang lagi, ya?”
    “Ah, enggak. Pengen tahu aja.”
    “Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo?”
    Elvin berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Michael beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Elvin berlari mengikutinya.
    “Kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.
    “Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Michael.
    Tetapi Elvin tak beranjak.
    Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Elvin kembali bertanya, “Papa, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?”
    “Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”
    “Tapi, Papa…” Kesabaran Michael habis.
    “Papa bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Elvin.
    Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Michael nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Elvin di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Elvin didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.
    Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Michael berkata, “Maafkan Papa, Nak. Papa sayang sama Elvin. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000 ,- lebih dari itu pun Papa kasih.”
    “Papa, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”
    “Iya, iya, tapi buat apa?” tanya Michael lembut.
    “Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Setengah jam saja. Mama sering bilang kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Papa,” kata Elvin polos.
    Michael terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.

Kisah Empat Lilin Kehidupan


    Ada 4 lilin yang sedang menyala. Sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.
    Lilin yang pertama berkata: “Aku adalah Damai."
    "Namun manusia tak mampu menjagaku. Maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”
    Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin pertama padam.
    Lilin yang kedua berkata: “Aku adalah Iman.”
    “Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku. Tak ada gunanya aku tetap menyala.”
    Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.
    Dengan sedih giliran lilin ketiga bicara: ”Aku adalah Cinta.”
    “Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna. Mereka saling membenci. Bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”
    Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah lilin ketiga.
    Tanpa terduga…
    Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga lilin telah padam.
    Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “Eh apa yang terjadi?? Kalian harus tetap menyala. Aku takut akan kegelapan!”
    Lalu ia mengangis tersedu-sedu.
    Lalu dengan terharu lilin keempat berkata:
    "Jangan takut. Janganlah menangis. Selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga lilin lainnya."
    ”Akulah HARAPAN.“
    Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga lilin lainnya.

    Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN. Jangan sampai kita kehilangan HARAPAN.

Hachiko


    Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana.
    Pemilik anjing itu bernama Eisaburo Ueno. Eisaburo adalah seorang tua yang tinggal sendirian di rumahnya, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ lagi. Eisaburo Ueno bekerja di sebuah universitas di dekat Tokyo sebagai seorang profesor.
    Sudah sebuah kebiasaan bagi orang tua itu untuk menaiki kereta listrik di Stasiun Shibuya untuk bekerja. Ia berangkat sekitar jam 8 pagi, dan biasanya ia pulang dan tiba di stasiun itu kembali sekitar jam 5 sore.
    Hachiko, si anjing itu, sangat setia menemani tuannya. Setiap pagi ia berjalan bersama tuannya menuju ke Stasiun Shibuya. Setelah ‘melepas kepergian’ tuannya, anjing itu pulang sendiri ke rumah. Dan uniknya tepat sebelum jam 5 sore, anjing itu sudah datang kembali ke stasiun untuk menjemput tuannya.
    Kebiasaan ini dilakukannya setiap hari selama beberapa tahun, dan orang-orang di sekitar situ sudah mulai hapal dengan tingkah anjing (dan pemiliknya) itu. Para petugas stasiun pun selalu tersenyum ramah saat melihat anjing itu berlari-lari kecil menjemput tuannya setiap sore.
    Tapi malang, pada suatu siang, Eisaburo mendapatkan serangan jantung di universitas tempatnya bekerja. Ia meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit. Segenap keluarganya langsung dihubungi oleh pihak universitas untuk menjemput jenazah Eisaburo.
    Lalu bagaimana dengan anjing itu ? Ternyata, pada sore harinya anjing itu tetap datang ke stasiun untuk menjemput tuannya, tapi hingga larut malam ia menunggu, ternyata tuannya tidak datang. Anjing itu pulang kembali ke rumah.
    Besok sorenya, anjing itu kembali datang ke Stasiun - dan sekali lagi - ia pulang dengan ‘tangan hampa’. Kebiasaan ini ia lakukan setiap hari. Para petugas stasiun dan orang-orang di situ sangat bersimpati dan kadangkala memberinya makan saat ‘menjemput tuannya’.
    Beberapa kerabat Eisaburo pun sebenarnya sudah berusaha untuk memelihara dan merawat anjing itu, tetapi tetap saja - setiap sore anjing itu nekat berlari menuju ke stasiun Shibuya.
    Tak terasa 11 tahun sudah berlalu, dan anjing itu tetap melakukan aktivitas hariannya menunggu tuannya di stasiun tiap sore - hingga larut malam, bahkan kadang baru pulang besok paginya setelah pulas tertidur di stasiun.
    Setelah berumur 15 tahun, anjing itu akhirnya meninggal dunia dalam kesetiaannya, tepat di tempat dimana ia biasa menunggu tuannya.
    Untuk memuji dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini, sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

Akulah Mataharimu



    Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.
    Wanita berkata ingin menjadi bunga terindah di dunia dan pria
    berkata ingin menjadi matahari.
    Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu
    kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.
    Wanita berkata ingin menjadi rembulan dan pria berkata ingin tetap
    menjadi matahari. Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan
    tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari.
    Wanita berkata ingin menjadi burung Phoenix yang bisa terbang ke langit
    jauh di atas matahari dan pria berkata ia akan selalu menjadi
    matahari.
    Wanita tersenyum pahit dan kecewa. Wanita sudah berubah 3x namun
    pria tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah
    bersama wanita. Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali
    tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari.
    Pria merenung sendiri dan menatap matahari.
    Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat
    terus hidup. Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga
    agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang
    cantik. Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh dan
    pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga. Ini disebut
    kasih yaitu memberi tanpa pamrih.
    Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari agar bulan dapat
    terus bersinar indah dan dikagumi.
    Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi
    saat semua makhluk mengagumi bulan siapakah yang ingat kepada
    matahari. Matahari rela memberikan cahaya nya untuk bulan walaupun
    ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan
    kehilangan kemuliaan nya sebagai pemberi cahaya agar bulan
    mendapatkan kemuliaan tersebut. Ini disebut dengan Pengorbanan,
    menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.
    Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit
    bahkan di atas matahari, pria tetap selalu jadi matahari agar
    Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan
    mencegahnya.
    Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari
    akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya
    untuk phoenix.
    Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau
    phoenix tidak selalu ada untuk matahari. Tidak akan ada makhluk lain
    selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan
    cinta nya. Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi
    dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.
    Pria tidak pernah menyesal menjadi matahari bagi wanita.