Pages

Minggu, 08 Juli 2012

di takdirkan mencintaimu, kau adalah adik ku

Saat itu aku anak tunggal yang punya segala sesuatu yang kuinginkan. Tapi bahkan seorang anak kaya yang cantik dan manja pun juga bisa merasa kesepian sekali-kali, jadi ketika ibu memberitahuku bahwa ia hamil, aku benar-benar luar biasa gembiranya, wuihhh... begitu penuh suka cita. Aku mulai membayangkan kau, bakal betapa bagusnya dan bagaimana kita ini akan selalu bersama-sama dan kau akan begitu mirip menyerupai aku.

Jadi, ketika kau lahir, kuamati tangan-tanganmu yang kecil mungil dan dengan bangga kau kutontonkan pada sahabat-sahabatku. Mereka menyentuhmu dan kadang-kadang mencubitmu, tapi kau tak pernah bereaksi. Waktu kau lima bulan, beberapa hal mulai meresahkan ibu. Kau tampaknya begitu diam, hampir-hampir tak pernah bergerak dan seakan mati rasa, dan tangismu itu begitu aneh bunyinya, mirip-mirip seperti anak kucing.

Akhirnya kami membawamu ke dokter. Sampai ke dokter ketigabelas
mengamatimu tanpa suara dan berkata bahwa kau mengidap sindroma "cry du chat" (kri-du-sya) --- (tangisnya kucing dalam Bahasa Perancis).

Saat aku tanya apa artinya itu, ia menatapku, penuh belas kasih dan dengan lembut berkata, "Adikmu tak pernah akan mampu berjalan atau bicara."

Dokter itu bilang, ini suatu kondisi yang menimpa satu dari 50.000
kelahiran, menyebabkan korban jadi terbelakang dan cacat. Ibu jadi kaget sekali dan naik darah, ia marah-marah. Kupikir itu kurang adil.

Waktu kami pulang, ibu menggendongmu dalam tangannya dan mulai
menangis. Aku melihatmu dan menyadari bahwa omongan-omongan akan beredar bahwa kau tak normal. Jadi, untuk mempertahankan popularitasku, aku lakukan apa yang tidak termakan akal sehat, kuanggap kau bukan lagi milikku. Ayah dan ibu tidak tahu soal ini, tapi aku mengeraskan diriku agar tidak mencintaimu selama kau tumbuh.

Ibu dan ayah mengucurimu dengan cinta kasih dan perhatian dan itu
membuatku pahit getir. Dan dengan berlalunya tahun demi tahun, kepahitan itu berubah menjadi kemarahan, dan kemudian menjadi kebencian. Ibu tak pernah melepaskan harapan terhadapmu. Ia tahu ia harus melakukan dan bertahan demi kamu. Setiap kali ia letakkan mainanmu ke bawah, kau akan bergulingan dan bukannya merangkak. Kulihat hati ibu patah hancur setiap kali ia menyimpan mainan mainanmu, dan mengikatkan potongan plastik stirofom di perutmu agar kau tak bisa mengguling. Tapi kau tetap berjuang dan kau menangis begitu menyayat hati dalam nada dan bunyi yang teramat
memilukan hati, bunyi tangis anak kucing.... Tapi meski demikian, ibu tetap bertahan dan pantang menyerah.

Lalu pada suatu hari, kau mengalahkan segala omongan para doktermu soal kau cuma bisa merangkak. Saat ibu melihat hal ini, ia tahu bahwa kau akhirnya pasti akan bisa berjalan. Jadi saat kau masih merangkak ketika usiamu sudah empat tahun, ia menaruhmu di atas rumput cuma dengan memakai popok, tahu bahwa engkau tak senang dan benci tiap kali merasakan tusukan rumput pada kulitmu. Lalu ia akan meninggalkan kau di situ begitu saja.

Aku terkadang mengawasimu dari jendela dan bahkan tersenyum melihat ketidaksenanganmu. Kau akan merangkak ke tepi jalan setapak, dan ibu selalu mengembalikanmu. Lagi dan kembali lagi, ibu mengulangi ini terus menerus di atas rerumputan. Sampai pada suatu hari, ibu melihat kau, Patrick, mengangkat dirimu berdiri dan jalan ter-tatih-tatih keluar dari rumput secepat kaki kecilmu bisa mengangkatmu.

Begitu penuh suka cita, ibu tertawa dan menangis, memanggilku dan ayah agar datang. Ayah memelukmu dan menangis begitu bebasnya. Aku mengawasi dari jendela kamar tidurku peristiwa yang begini menyentuh dan meluluhkan hati ini. Tahun-tahun berikutnya, ibu mengajarimu berbicara, membaca dan menulis. Sejak saat itu, sekali-kali aku lihat kau berjalan di luar, menciumi harumnya bunga-bunga, mengagumi burung-burung , atau cuma bersenyum, tertawa
sendiri.........

Aku mulai melihat keindahan dunia di sekitarku, kesederhanaan dan
kepolosan hidup ini dan segala keajaiban dunia ini lewat matamu. Saat itu barulah aku menyadari bahwa sesungguhnya engkau saudaraku dan tak perduli betapa banyaknya aku berusaha untuk membencimu, aku tidak bisa sebab aku telah tumbuh untuk mencintaimu. Hari-hari berikutnya, kita kembali saling berhubungan. Aku membelikanmu mainan dan memberikan seluruh cinta yang pernah bisa diberikan oleh seorang kakak perempuan pada adik lakinya. Dan kau akan membalas mengimbaliku lewat senyum dan dekapanmu. Tapi aku rasa, kau memang tak ditakdirkan untuk benar-benar menjadi milik kami.

Pada hari ultahmu yang kesepuluh, kau rasakan sakit kepala hebat.
Diagnosa para dokter? Leukemia. Ibu cuma terperangah, napasnya begitu tersendat-sendat dan ayah memeluknya, sementara itu aku bergumul dan berjuang keras sekali untuk menahan keluarnya air mataku. Saat itulah, aku begitu mencintaimu. Dan aku tidak tahan untuk pergi meninggalkanmu.

Lalu para dokter memberitahu kami bahwa satu-satunya harapanmu ialah transplantasi sumsum tulang. Kamu menjadi subjek bagi pencarian donor darah secara nasional. Lalu, saat kami akhirnya menemukan yang cocok, ternyata kau sudah terlanjur demikian parah sakitnya. Dokter-dokter dengan berat hati membatalkan operasi itu.

Sejak saat itu, kau menjalani kemoterapi dan radiasi. Sampai pada
akhirnya, kau masih tetap meneruskan bertahan menguber hidup. Hanya sekitar satu bulan sebelum kau meninggalkan kami, kau minta padaku untuk membuat sebuah daftar segala hal yang kau ingin lakukan apabila kau meninggalkan rumah sakit.

Dua hari setelah daftar itu terselesaikan, kau meminta agar dokter-dokter melepaskan kau pulang. Di situ, kita makan es krim dan kue, berlarian di rumput, menaikkan layangan, pergi memancing, saling bergantian mengambil foto dan membiarkan balon-balon gas lepas membubung pergi. Aku masih ingat pembicaraan terakhir kita kok. Kau malah ngomong, sekiranya kau mati, dan aku ini butuh pertolongan, aku bisa mengirimkan suatu catatan terikat pada
benang ditambatkan di balon gas dan biarkan saja terbang. Saat kau bilang itu, aku mulai menangis. Lalu engkau memelukku. Lalu, sekali lagi, untuk terakhir kalinya, engkau jatuh sakit lagi.

Malam terakhir itu, kau meminta air, kau minta punggungmu digosok, kau jadi manja minta diemong kayak bayi lagi. Akhirnya, kau mengalami kejang-kejang dibarengi air mata yang mengaliri mukamu. Belakangan, di rumah sakit, kau berjuang berusaha berbicara, tapi kata-katamu tak mau keluar. Aku tahu apa yang ingin kau katakan.

"Aku mendengar kok, omonganmu.." aku berbisik. Dan untuk terakhir
kalinya, aku berkata, "Aku akan selalu mencintaimu dan aku tak pernah akan melupakanmu. Janganlah takut ya... Kau sebentar lagi akan bersama Tuhan di surga." Lalu, dengan air mata deras berderai, aku memandangi seorang bocah laki-laki yang paling tabah yang pernah kukenal, akhirnya berhenti bernafas.
Ayah, ibu, dan aku sendiri menangis dan menangis terus sampai se-
akan tak ada lagi air mata tersisa. Patrick akhirnya kau hilang, pergi
meninggalkan kami semua. Mulai saat itu, engkau adalah sumber inspirasi bagiku. Kau menunjukkanku bagaimana mencintai kehidupan dan hidup, dan menghidupinya sepenuhnya.

Dengan kesederhanaan dan kejujuranmu, kau telah menunjukkan aku
sebuah dunia penuh cinta dan kepedulian. Dan kaulah yang membuatku sadar bahwa hal yang terpenting di dalam hidup ini ialah terus mengasihi tanpa bertanya mengapa dan bagaimana dan tanpa menetapkan batas-batas apapun.

Dengan surat dan balon ini, aku terbang dan layangkan cinta kasihku kepadamu. Terima kasih padamu, adik kecilku, untuk segalanya

penyesalan tiada akhir

Saya ibu terburuk di dunia ini. Oh Tuhan biarlah aku menceritakan hal ini sebelum ajal menjemput.......


20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam memberi ia nama Eric. Semakin berkembang semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak/pelayan, namun suami saya Sam mencegah niat buruk saya.


Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun yang kedua setelah melahirkan Eric, saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil, saya menamakannya Angelica. Saya sangat menyanyangi Angelica demikian juga Sam,
seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian
anak yang indah-indah..... tapi tidak demikian dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya melarangnya dengan dalih menghemat keuangan keluarga dan Sam selalu menuruti perkataan saya.

Di saat Angelica berumur 2 tahun Sam meninggal dunia dan pada saat itu Eric sudah berumur 4 tahun. Keluarga kami semakin miskin disertai hutang yang semakin menumpuk. Saya mengambil sebuah keputusan yang membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya itu beserta Eric yang masih tertidur lelap, di gubuk yang terpaksa kami tinggali. Setelah saya menjual rumah untuk melunasi hutang-hutang........


Setahun.....2 tahun.........5 tahun..... 10 tahun ...... telah berlalu. sejak kejadian itu ...Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Ia seorang pendeta di gereja St. Maria. 5 tahun lamanya umur pernikahan kami, dan berkatnya sifat2 saya yang semula pemarah, egois dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit. Saya menjadi lebih sabar
dan penyanyang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami sekolahkan dia di asrama putri perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Hingga suatu malam..........
Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak. wajahnya agak tampan, ia tampak pucat sekali..... ia melihat ke arah saya sambil tersenyum ia berkata, "Tante, tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy" Setelah mengatakan itu ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya. "Tunggu... sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?" "Nama saya elic tante" Eric......??? Eric....... ya Tuhan kau benar-benar Eric ????? Saya langsung tersentak dan bangun. rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba teirngat kembali kisah ironis yang telah
terjadi dulu kala, seperti pemutaran film lama di kepala saya. Namun baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Dan saya mengambil keputusan untuk mati saja saat itu, yah saya harus mati, mati, mati..........

Se inchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke urat nadi saya, saat itu saya teringat kembali dengan Eric, yah Eric... Eric mommy akan menjemputmu Eric.......

Sore itu saya memarkirkan mobil Civic biru saya di samping sebuah gubuk dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary apa yang yang sebenarnya terjadi Mary???" "Oh Brad .. kau pasti akan membenci saya setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu kala". Tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak......... Tapi ternyata Tuhan sungguh berbaik hati pada saya, ia memberikan suami yang begitu baik dan pengertian kepada saya......... Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti Brad dari belakang, mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang 2 meter di hadapan
saya. Dan saya mulai ingat betapa gubuk tersebut pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric.......sa.......saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu............
dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka
pintu yang terbuat dari bambu itu. Gelap........ Tidak terlihat apapun juga!!
Perlahan-lahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan
kecil itu, dan saya tidak melihat siapapun di dalamnya......... Hanya sepotong kain butut di atas tanah. Saya mengambilnya dan mengamatinya... air mata saya kembali mengalir, karena saya mengenali potongan kain itu adalah baju butut yang dulu dikenakan Eric
sehari-harinya...........

Beberapa saat kemudian dengan perasaan yang sulit dilukiskan saya pun keluar dari ruangan itu..... air mata saya mengalir dengan deras dan saat itu saya hanya diam saja. Saat saya dan Brad mulai naik ke mobil, meninggalkan tempat tersebut, saya melihat seseorang di belakang mobil kami dan saya sempat kaget karena keadaan saat itu sudah gelap, dan terlihat wajah orang itu begitu kotor, ternyata seorang wanita tua..... kembali saya
tersentak kaget ketika ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.... "Hei!! siapa kamu, dan mau apa kamu kemari!" Dengan memberanikan diri sayapun bertanya, "Bibi apa kamu kenal dengan seorang anak bernama Eric, ia dulu tinggal di sini!" Ia ,"kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk." "Tahukah kamu 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini. Ia terus menunggu dan memanggil mommy...... mommy, karena tidak tega saya terkadang memberinya makanan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Meskipun saya orang miskin dan pekerjaan saya mengumpulkan sampah namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu. Sampai tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini, ia belajar menulis setiap harinya selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu ..................."

Sayapun membaca kertas itu..."Mommy mengapa mommy tidak pernah kembali lagi..... mommy marah sama eric yah... mom biarlah eric yang pergi saja, tapi mommy harus berjanji kalau mommy tidak akan marah sama eric lagi. Bye Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan di mana dia sekarang??? Saya akan sangat menyanyanginya sekarang. saya tidak akan meninggalkannya lagi bu... tolong katakan!! Brad memeluk saya yang bergetar keras..."

"Nyonya semua sudah terlambat, (dengan nada melembut), sehari sebelum nyonya datang
eric telah meninggal dunia. ia meninggal di belakang gubuk ini". "Tubuhnya sangat kurus , ia sangat lemah. hanya demi menunggumu ia terus bertahan di belakang gubuk ini,
tanpa berani masuk ke dalam gubuk ini. Ia takut apabila mommy-nya datang akan pergi lagi bila melihat ia disana ... Ia hanya berharap dapat melihat mommy-nya dari belakang gubuk
ini...... meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu nyonya di sana". "Nyonya dosa anda tidak terampunkan!"

Saya langsung pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi...!!

sepuluh ribu


Ada seorang sahabat menuturkan kisahnya. Dia bernama Budiman. Sore itu ia menemani istri dan seorang putrinya berbelanja kebutuhan rumah tangga bulanan di sebuah toko swalayan. Usai membayar, tangan-tangan mereka sarat dengan tas plastik belanjaan.

Baru saja mereka keluar dari toko swalayan, istri Budiman dihampiri seorang wanita pengemis yang saat itu bersama seorang putri kecilnya. Wanita pengemis itu berkata kepada istri Budiman, "Beri kami sedekah, Bu!"
Istri Budiman kemudian membuka dompetnya lalu ia menyodorkan selembar uang kertas berjumlah 1000 rupiah. Wanita pengemis itu lalu menerimanya. Tatkala tahu jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, ia lalu menguncupkan jari-jarinya mengarah ke mulutnya. Kemudian pengemis itu memegang kepala anaknya dan sekali lagi ia mengarahkan jari-jari yang terkuncup itu ke mulutnya, seolah ia ingin berkata, "Aku dan anakku ini sudah berhari-hari tidak makan, tolong beri kami
tambahan sedekah untuk bisa membeli makanan!"
Mendapati isyarat pengemis wanita itu, istri Budiman pun membalas isyarat dengan gerak tangannya seolah berkata, "Tidak... tidak, aku tidak akan menambahkan sedekah untukmu!"
Ironisnya meski tidak menambahkan sedekahnya, istri dan putrinya Budiman malah menuju ke sebuah gerobak gorengan untuk membeli cemilan. Pada kesempatan yang sama Budiman berjalan ke arah ATM center guna mengecek saldo rekeningnya. Saat itu memang tanggal gajian, karenanya Budiman ingin mengecek saldo rekening dia.
Di depan ATM, Ia masukkan kartu ke dalam mesin. Ia tekan langsung tombol INFORMASI SALDO. Sesaat kemudian muncul beberapa digit angka yang membuat Budiman menyunggingkan senyum kecil dari mulutnya. Ya, uang gajiannya sudah masuk ke dalam rekening.
Budiman menarik sejumlah uang dalam bilangan jutaan rupiah dari ATM. Pecahan ratusan ribu berwarna merah kini sudah menyesaki dompetnya. Lalu ada satu lembar uang berwarna merah juga, namun kali ini bernilai 10 ribu yang ia tarik dari dompet. Uang itu Kemudian ia lipat kecil untuk berbagi dengan wanita pengemis yang tadi meminta tambahan sedekah.
Saat sang wanita pengemis melihat nilai uang yang diterima, betapa girangnya dia. Ia pun berucap syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Budiman dengan kalimat-kalimat penuh kesungguhan: "Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah... Terima kasih tuan! Semoga Allah memberikan rezeki berlipat untuk tuan dan keluarga. Semoga Allah memberi kebahagiaan lahir dan batin untuk tuan dan keluarga. Diberikan karunia keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Rumah tangga harmonis dan anak-anak yang shaleh dan shalehah. Semoga tuan dan keluarga juga diberi kedudukan yang terhormat kelak nanti di surga...!"

Budiman tidak menyangka ia akan mendengar respon yang begitu mengharukan. Budiman mengira bahwa pengemis tadi hanya akan berucap terima kasih saja. Namun, apa yang diucapkan oleh wanita pengemis tadi sungguh membuat Budiman terpukau dan membisu. Apalagi tatkala sekali lagi ia dengar wanita itu berkata kepada putri kecilnya, "Dik, Alhamdulillah akhirnya kita bisa makan juga....!"
Deggg...!!! Hati Budiman tergedor dengan begitu kencang. Rupanya wanita tadi sungguh berharap tambahan sedekah agar ia dan putrinya bisa makan. Sejurus kemudian mata Budiman membuntuti kepergian mereka berdua yang berlari menyeberang jalan, lalu masuk ke sebuah warung tegal untuk makan di sana.
Budiman masih terdiam dan terpana di tempat itu. Hingga istri dan putrinya kembali lagi dan keduanya menyapa Budiman. Mata Budiman kini mulai berkaca-kaca dan istrinya pun mengetahui itu. "Ada apa Pak?" Istrinya bertanya.
Dengan suara yang agak berat dan terbata Budiman menjelaskan: "Aku baru saja menambahkan sedekah kepada wanita tadi sebanyak 10 ribu rupiah!"

Awalnya istri Budiman hampir tidak setuju tatkala Budiman mengatakan bahwa ia memberi tambahan sedekah kepada wanita pengemis. Namun Budiman kemudian melanjutkan kalimatnya:
"Bu..., aku memberi sedekah kepadanya sebanyak itu. Saat menerimanya, ia berucap hamdalah berkali-kali seraya bersyukur kepada Allah. Tidak itu saja, ia mendoakan aku, mendoakan dirimu, anak-anak dan keluarga kita. Panjaaaang sekali ia berdoa!
Dia hanya menerima karunia dari Allah Swt sebesar 10 ribu saja sudah sedemikian hebatnya bersyukur. Padahal aku sebelumnya melihat di ATM saat aku mengecek saldo dan ternyata di sana ada jumlah yang mungkin ratusan bahkan ribuan kali lipat dari 10 ribu rupiah. Saat melihat saldo itu, aku hanya mengangguk-angguk dan tersenyum. Aku terlupa bersyukur, dan aku lupa berucap hamdalah.
Bu..., aku malu kepada Allah! Dia terima hanya 10 ribu begitu bersyukurnya dia kepada Allah dan berterimakasih kepadaku. Kalau memang demikian, siapakah yang pantas masuk ke dalam surga Allah, apakah dia yang menerima 10 ribu dengan syukur yang luar biasa, ataukah aku yang menerima jumlah lebih banyak dari itu namun sedikitpun aku tak berucap hamdalah." 

Budiman mengakhiri kalimatnya dengan suara yang terbata-bata dan beberapa bulir air mata yang menetes. Istrinya pun menjadi lemas setelah menyadari betapa selama ini kurang bersyukur sebagai hamba. Ya Allah, ampunilah kami para hamba-Mu yang kerap lalai atas segala nikmat-Mu!

Kamis, 05 Juli 2012

Tak lucu bagi ku.....

... Memang lucu, aku masih mencintaimu walau ku menangis dalam penelantaran dan masih mengharap kesetiaanmu.
Ini memang lucu, tapi tak lucu bagiku
... Memang lucu, aku masih merindukanmu, memimpikanmu sebagai mempelaiku walau ku tahu hatimu telah mati.
Ini memang lucu, tapi tak lucu bagiku
Tapi ku berdoa agar Tuhan tak tertawa dan menyelamatkan hatiku Ÿª♌g piatu ini ..
Aamin

Selasa, 03 Juli 2012

Falling in Love???

Otak Anda berfungsi seperti saat sedang menggunakan obat-obatan
Ketika Anda jatuh cinta, banjir zat kimia yang memenuhi otak Anda — seperti hormon oksitosin, dopamin, adrenalin dan vasopresin — sama dengan tipe zat kimia yang dilepaskan oleh heroin.

Anda jadi rajin bercerita
Satu jam yang lalu, Anda adalah orang asing. Kini Anda menceritakan bagaimana Anda tidur dengan boneka kelinci sampai usia 10 tahun. Otak Anda memutuskan selama 20 menit apakah orang itu bisa dipercaya atau tidak — jadi, merasa aman untuk saling bertukar cerita adalah tanda yang bagus kalau hubungan Anda akan kuat.

Tubuh Anda merasakan sensasi yang aneh
Anda tahu sensasi menggetarkan yang terjadi ketika mendengar lagu menakjubkan seperti "Rollin' in the Deep"(adele punya)? Atau melihat matahari terbenam yang luar biasa indah? Yah, semua sensasi itu juga muncul ketika Anda sedang jatuh cinta.

Vicky Shu? Tidak tertarik tuh
Ketika sedang jatuh cinta, yang tadinya Anda idolakan kini tidak bisa mengalahkan orang yang Anda taksir. Itu semua karena hormon "obat cinta" oksitosin — yang menurut para peneliti bisa membuat Anda lebih bersahabat dan ramah.

Sakit kepala berkurang
Siapa yang membutuhkan ibuprofen (obat sakit kepala)? Penelitian menemukan fakta kalau oksitosin dapat mengurangi gejala migrain.

Memengaruhi mata Anda
Ketika melihat orang yang Anda taksir, pupil Anda akan membesar. Fakta yang keren tentang hal itu? Penelitian menemukan fakta kalau orang dengan mata besar dianggap lebih menarik dibandingkan yang lain, jadi semua kontak mata yang Anda lakukan hanya akan membuat Anda semakin seksi.(kontak mata butuh keberanian besar memang tapi dari situlah kamu mengetahui lawan jenis kita merespon kita)